Thursday, April 18, 2013

Shocking Thursday?!

Kalau Anda tahu betapa besar Allah mengasihi Hamba-Nya, bahkan para makhluk-Nya yang tidak menghamba kepada-Nya, Allah melakukannya. Anda akan menyadari itu. Ketika setiap orang di sekeliling Anda berkata bukan teman Anda padahal teman Anda, bahkan tidak kenal Anda padahal kenal Anda, hanya Allah yang dapat menutupinya. Walau Anda tak melihat wujud-Nya, tak mendengar suara-Nya, tak mencium aroma-Nya, Anda pasti bisa merasakan keberadaan-Nya di sekitar Anda. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.

***

Hari ini hari Minggu Kamis. Aku merasa tidak bisa bangkit dari kubur kasur mengingat dompet yang semakin menebal, bukan karena uang yang bertambah, tetapi karena boros tiket nonton bioskop yang semakin bertambah. Aku sengaja menyimpan setiap tiket  – apapun itu – di tempat aman, agar suatu saat Aku bisa mengingat kembali kemana dan apa yang dilakukan di waktu yang lalu. Aku memang pikun tidak selalu mengingat apa yang tidak perlu diingat.

Tiba-tiba dering telepon berguncang bergetar di telinga. Layar memperlihatkan tiga huruf si penelepon, “Dad”. Abi menelepon sepagi ini? Aku berharap Abi tidak menelepon merasa was-was, cemas, dan sedikit kaget. Beliau orang yang sibuk. Sebagai seorang manajer rumah makan, Abi harus mengatur segala sesuatunya menjadi baik, dari memerintah pelayan sampai mencicipi masakan kokinya. Aku mengangkat telepon. Abi bertanya tentang nomor ujian masuk Program Sekolah Holcim. Katanya, sudah ada pengumuman para peserta yang lolos ke tahap selanjutnya.  Aku bilang saja, “C0070” dan Abi langsung menutup teleponnya.

Sebagai pengingat catatan, Aku sudah melaksanakan ujian masuk Program Sekolah Holcim sejak lulus SMA di tahun 2011. Pada tahun 2011, Aku gagal belum diizinkan di tes wawancara. Tahun lalu, Aku gagal lagi belum diizinkan masuk bahkan dari awal. Dan aku mengikutinya lagi tahun ini, sebagai tahun terakhir karena sudah tua batasan umur yang disyaratkan.

Tahun ini Aku melaksanakan tes akademik pada tanggal 24 Maret 2013. Lokasinya di SMKN 2 Cilacap yang selangkah lagi sampai di Objek Wisata Pantai Teluk Penyu kebanggaan masyarakat Cilacap. Aku merasa siap mengerjakan soal dengan keyakinan dan kepercayaan diri yang kuat. Aku menyudahinya dengan syukur dan rasa optimis.

Tak sampai lima menit, Abi kembali menelepon. Abi memberitahukan bahwa Aku masuk daftar 60 orang malas yang lolos ke tahap selanjutnya, yaitu Tes Wawancara. Aku merasa tidak percaya. Tak habisnya kuucapkan syukur kepada Allah sebagai penentu semua. Ummi mendengar ini dan langsung menelepon. Aku berterima kasih kepada mereka berdua. Itu cukup. Semuanya belum berakhir, baru permulaan, masih sangat awal.

Aku ingat Tes Wawancara yang Aku ikuti dua tahun lalu. Pada pagi hari para peserta dibawa berkeliling pabrik untuk diberikan penjelasan mengenai proses pembuatan semen dari bahan baku hingga pengepakan. Setelahnya, kami dibawa ke satu aula besar dan dipisahkan. Tiap peserta menuju bilik booth yang berbeda. Setiap booth terdapat satu instruktur yang telah mengantongi senjata soal tes yang berbeda.

Aku masih ingat ada enam booth di sana. Ada instruktur yang memutar video proses pembuatan anak semen. Ada yang menanyakan tentang proses yang telah diputar di video. Ada yang mewawancarai secara psikologis. Ada yang mewawancarai menggunakan Bahasa Inggris. Ada yang menyiapkan lembar soal-jawab untuk dibakar dikerjakan. Dan ada yang memberikan instruksi untuk membuat suatu model sesuai gambar menggunakan kawat. Para peserta melaksanakan semua instruksi tersebut dengan sungguh-sungguh. Yang paling akhir, para peserta yang berjumlah enam duduk melingkar untuk ngepet berdiskusi mengenai tema yang diberikan oleh instruktur.

Kami bertanya kenapa hanya kami berenam yang ada dalam tes tersebut. Awalnya kami besar kepala sangat senang, karena mungkin hanya kami yang akan masuk Program Sekolah Holcim. Akhirnya kami tahu bahwa ada enam orang-enam orang lainnya selama sepuluh hari yang melaksanakan tes serupa. Tanpa instruksi, bahu kami merosot.

Suatu kenangan yang tak terduga, mendapat musuh teman yang hanya bertemu sekitar lima jam dalam hidup dari berbagai daerah. Paling tidak satu dari lima teman masih berkomunikasi baik denganku hingga sekarang.

Kini mungkin tidak jauh berbeda. Aku harus mempersiapkan semuanya. Satu saja yang harus kuucapkan dalam Tes Wawancara itu adalah bahwa Aku gagal tidak gentar melakukan dua kali tes masuk Program Sekolah Holcim sebelumnya dan melaksanakannya lagi tahun ini. Itu membuktikan betapa pentingnya hal itu. Prinsip hidupku adalah tidak mempersulit membebani orang lain, terutama orang tuaku. Walaupun tak dipungkiri, hingga saat ini, Aku masih melakukannya. Dan aku pikir lewat jalan inilah hal itu dapat terwujud.

Mulia? Tentu iya tidak! Masih banyak orang lain, pemuda-pemudi lain yang memiliki doa yang lebih  gila mulia dariku, bahkan mereka telah sukses membuktikannya. Dan Aku akan terus antre dalam barisan itu. Hanya waktu kuasa Allah yang dapat membuktikan.

Tangerang, 18 April 2013
(setelah mengetahui aku lolos tes interview)

No comments:

Post a Comment