Kalau Anda tahu betapa
besar Allah mengasihi Hamba-Nya, bahkan para makhluk-Nya yang tidak menghamba
kepada-Nya, Allah melakukannya. Anda akan menyadari itu. Ketika setiap orang di
sekeliling Anda berkata bukan teman Anda padahal teman Anda, bahkan tidak kenal
Anda padahal kenal Anda, hanya Allah yang dapat menutupinya. Walau Anda tak
melihat wujud-Nya, tak mendengar suara-Nya, tak mencium aroma-Nya, Anda pasti
bisa merasakan keberadaan-Nya di sekitar Anda. Segala puji bagi Allah, Tuhan
seluruh alam.
***
Hari ini hari Minggu
Kamis. Aku merasa tidak bisa bangkit dari kubur kasur mengingat dompet
yang semakin menebal, bukan karena uang yang bertambah, tetapi karena boros
tiket nonton bioskop yang semakin bertambah. Aku sengaja menyimpan setiap
tiket – apapun itu – di tempat aman,
agar suatu saat Aku bisa mengingat kembali kemana dan apa yang dilakukan di
waktu yang lalu. Aku memang pikun tidak selalu mengingat apa yang tidak
perlu diingat.
Tiba-tiba dering
telepon berguncang bergetar di telinga. Layar memperlihatkan tiga huruf
si penelepon, “Dad”. Abi menelepon sepagi ini? Aku berharap Abi tidak
menelepon merasa was-was, cemas, dan sedikit kaget. Beliau orang yang
sibuk. Sebagai seorang manajer rumah makan, Abi harus mengatur segala
sesuatunya menjadi baik, dari memerintah pelayan sampai mencicipi masakan
kokinya. Aku mengangkat telepon. Abi bertanya tentang nomor ujian masuk Program
Sekolah Holcim. Katanya, sudah ada pengumuman para peserta yang lolos ke tahap
selanjutnya. Aku bilang saja, “C0070”
dan Abi langsung menutup teleponnya.
Sebagai pengingat
catatan, Aku sudah melaksanakan ujian masuk Program Sekolah Holcim sejak lulus
SMA di tahun 2011. Pada tahun 2011, Aku gagal belum diizinkan di tes
wawancara. Tahun lalu, Aku gagal lagi belum diizinkan masuk bahkan dari
awal. Dan aku mengikutinya lagi tahun ini, sebagai tahun terakhir karena sudah
tua batasan umur yang disyaratkan.
Tahun ini Aku
melaksanakan tes akademik pada tanggal 24 Maret 2013. Lokasinya di SMKN 2 Cilacap
yang selangkah lagi sampai di Objek Wisata Pantai Teluk Penyu kebanggaan
masyarakat Cilacap. Aku merasa siap mengerjakan soal dengan keyakinan dan
kepercayaan diri yang kuat. Aku menyudahinya dengan syukur dan rasa optimis.
Tak sampai lima menit,
Abi kembali menelepon. Abi memberitahukan bahwa Aku masuk daftar 60 orang malas
yang lolos ke tahap selanjutnya, yaitu Tes Wawancara. Aku merasa tidak percaya.
Tak habisnya kuucapkan syukur kepada Allah sebagai penentu semua. Ummi
mendengar ini dan langsung menelepon. Aku berterima kasih kepada mereka berdua.
Itu cukup. Semuanya belum berakhir, baru permulaan, masih sangat awal.
Aku ingat Tes
Wawancara yang Aku ikuti dua tahun lalu. Pada pagi hari para peserta dibawa
berkeliling pabrik untuk diberikan penjelasan mengenai proses pembuatan semen
dari bahan baku hingga pengepakan. Setelahnya, kami dibawa ke satu aula besar
dan dipisahkan. Tiap peserta menuju bilik booth yang berbeda. Setiap booth
terdapat satu instruktur yang telah mengantongi senjata soal tes yang
berbeda.
Aku masih ingat ada
enam booth di sana. Ada instruktur
yang memutar video proses pembuatan anak semen. Ada yang menanyakan
tentang proses yang telah diputar di video. Ada yang mewawancarai secara
psikologis. Ada yang mewawancarai menggunakan Bahasa Inggris. Ada yang menyiapkan
lembar soal-jawab untuk dibakar dikerjakan. Dan ada yang memberikan
instruksi untuk membuat suatu model sesuai gambar menggunakan kawat. Para
peserta melaksanakan semua instruksi tersebut dengan sungguh-sungguh. Yang
paling akhir, para peserta yang berjumlah enam duduk melingkar untuk ngepet
berdiskusi mengenai tema yang diberikan oleh instruktur.
Kami bertanya kenapa
hanya kami berenam yang ada dalam tes tersebut. Awalnya kami besar kepala
sangat senang, karena mungkin hanya kami yang akan masuk Program Sekolah Holcim.
Akhirnya kami tahu bahwa ada enam orang-enam orang lainnya selama sepuluh hari
yang melaksanakan tes serupa. Tanpa instruksi, bahu kami merosot.
Suatu kenangan yang
tak terduga, mendapat musuh teman yang hanya bertemu sekitar lima jam
dalam hidup dari berbagai daerah. Paling tidak satu dari lima teman masih
berkomunikasi baik denganku hingga sekarang.
Kini mungkin
Mulia? Tentu iya
tidak! Masih banyak orang lain, pemuda-pemudi lain yang memiliki doa yang lebih
gila mulia dariku, bahkan mereka
telah sukses membuktikannya. Dan Aku akan terus antre dalam barisan itu. Hanya waktu
kuasa Allah yang dapat membuktikan.
Tangerang, 18 April 2013
(setelah mengetahui aku lolos tes interview)
No comments:
Post a Comment