Aku memikirkan hal terindah yang pernah kupunya,
itu kamu.
Aku memikirkan hal terindah yang pernah kualami,
bersamamu.
Aku memikirkan hal terindah yang selalu kuimpikan,
hidup bersamamu.
Aku
ingat baru kemarin kita sepakati tanggal jadian kita yang sungguh
menggelikan mengingat kita sudah sejauh ini.
Aku ingat ketika aku ragu untuk
datang ke rumah dan mengajakmu pergi keluar sebentar. Ragu karena aku belum
siap menerima tolakan yang pasti akan orang tuamu lakukan. Aku tahu itu akan
terjadi dan aku tahu kau anak terkecil, wanita yang paling dijaga kehormatannya
oleh keluarga. Aku tak menyalahkan itu, aku pun akan melakukan hal yang sama.
Aku ingat kau memberiku surprise ulang tahun dengan kotak kado
yang datang sebelum hari ulang tahunku. Aku bersabar untuk tidak membukanya
hingga waktu yang kau tentukan, aku menurut. Hingga saatnya tiba, aku lebih
menghargai surat yang kau tulis daripada kado yang lebih kekanak-kanakan, yang
selalu kubaca ketika rasa ragu akan mencintaimu datang, setelahnya rasa ragu
itu lenyap.
Banyak kenangan tentangmu yang pasti
terpatri dalam hati, seperti relief Candi Borobudur yang tak akan hilang oleh
waktu dan cuaca. Itulah diriku, MENCINTAIMU seperti biasa, malahan makin bertambah. Ini dari hati. Seharusnya tak perlu diungkapkan
seperti ini. Kayak cewek aja! K!
Segalanya menjadi tak nyata karena
kau memutuskan menyudahinya, segala yang kita sepakati untuk bersama, selalu,
saling menghargai, saling menyayangi, saling memberi dukungan, dan saling
berkomitmen.
Cinta itu PERASAAN yang
tak perlu untuk melakukannya.
Logika adalah PEMIKIRAN
atas tanggapan cepat dari otak.
Tapi, sekarang apa? Kau datang bagai
siput yang lambat namun pasti dan membawa ranjau yang kau simpan baik-baik di
cangkangmu. Kau meninggalkannya di hadapanku. Bila ranjau meledak mengenaiku,
kau sendiri pun akan terkena ledaknya karena larimu tak cepat. Oh, tidak
mungkin itu terjadi! Aku tidak percaya!
Kau merasa tak lagi mengenalku. Kau
beranggapan kau tidak diperhatikan dan tak lagi dicintai olehku? Oh, buruk
sekali! Buruk sekali diri ini di matamu! Andai kau tahu, itu semua salah! Atau
mungkin benar, karena semua yang kulaku kan kuanggap benar! Kau tahu, sangat
sulit bicara sudut pandang.
Betapa malunya aku karena
menyebabkan orang yang kucinta menangis, di depan sahabatnya, teman-temannya,
bahkan orang tuanya!
Andai aku di
depanmu, akan kuusap semua air yang menetes deras di pipimu.
Andai aku di dekatmu,
akan kubuat kau tersenyum dengan segala kekonyolan yang kupunya, bahkan wajahku
pun terlalu konyol untuk itu.
Andai aku di sisimu,
akan kupeluk erat tubuhmu agar kau tak menggigil karena dinginnya air matamu.
Yang pasti, kini kau telah
memutuskan untuk menyudahi semua ini. Bukannya aku tak berusaha akan kita, tapi
aku hanya takut membuat air matamu keluar lagi dan lagi dan terus akan
menyakitimu tanpa kutahu sesakit apa dirimu karena kau tak membicarakannya. Aku
bingung! Aku tak bisa menghentikan hubungan ini tapi aku harus. Aku hanya ingin
kau bahagia. Aku hanya ingin kau merasa lebih baik.
Keputusanku sekarang, aku akan
meminta kesempatanmu untuk memperbaiki hubungan kita. Tapi kalau aku
menyakitimu (lagi? Oh, mudah-mudahan tidak!), aku akan serahkan semua keputusan
padamu. Aku harus terima! Ini janjiku!
Tangerang, 2
Februari 2013
from The
Deepest of My Heart
(setelah
membaca pesan facebookmu aku langsung menulis ini)
I need a sequel
ReplyDelete