Pagi yang indah di
jumat ketiga bulan Juni bertepatan tanggal 12 bulan Sya’ban. Bulan Ramadhan
semakin terlihat auranya. Oh, nikmatnya menunggu…. Tapi bukan itu yang
akan aku bicarakan sekarang. Mungkin selanjutnya, aku janji.
Aku akan berbicara
tentang perkuliahanku yang hampir habis di semester empat. Sebelumnya aku telah
membicarakan tentang pemilihan peminatan yang sangat menentukan. Sekarang aku
membahas tentang Indeks Prestasi. Yap. Pembahasan yang sangat krusial,
mengingat Indeks Prestasi, singkat saja IP, adalah simbol yang menilai sejauh
mana para mahasiswa, tentu juga aku, memahami dan mengetahui tentang mata
kuliah yang sedang dituntut pada semester tersebut. Seperti buku rapor pada
bangku sekolah; namun IP tidak berbentuk buku.
Aku mengetahui
nilai Ujian Tengah Semester-ku dua minggu yang lalu. Sedikit terhenyak melihat
SKS yang besar mendapat nilai yang kecil. Masalah? Oh, sangat! Mata kuliah yang
ber-SKS besar seperti raja dalam satu semester dan memiliki peran paling
penting dalam mempengaruhi IP. Asal kalian tahu, aku mencoba sebaik dan sesopan
mungkin dengan si Mata Kuliah Ber-SKS Besar ini. Tapi tetap saja mustahil
karena dia sulit ditaklukan mengingat banyaknya materi yang memuakkan dan
disgusting (sebenarnya, arti memuakkan dan disgusting itu sama saja).
Selanjutnya adalah
Ujian Akhir Semester. Mengingatnya saja sudah membuat para mahasiswa susah tidur,
susah makan, susah bersantai-ria, susah keuangan, dan susah bernafas (oke, yang
terakhir itu sedikit dilebih-lebihkan). Tapi benar saja, para mahasiswa harus benar-benar siap menghadapinya atau gagal dan mengulang. Semester ini empat
dari enam mata kuliah melaksanakan UAS dengan presentasi dan makalah riset.
Jadi materi yang dijejalkan diberikan dosen sebelum UTS menjadi bahan dalam penyusunan
makalah.
Dan … Taraa! (bukan
artis) Semua presentasi sudah aku lewati dengan, ya… sedikit berduka. Itu
karena ada beberapa makalah yang harus revisi. Oh ... Tidak! Ini menyebabkan
kami, para mahasiswa susah keuangan. Aku tidak perlu bilang berapa kertas yang
dipakai dan tinta yang habis hanya untuk itu. Sangat banyaaak! Dan revisi? Kalikan
dua dengan semua itu!
Tapi pada akhirnya aku
tetap bersyukur. Aku hampir bisa melewatkan semester ini dengan lancar. Hampir
bisa karena masih dua mata kuliah lagi yang harus dilaksanakan dalam format
ujian seperti biasa. Satu praktek, satu lagi teori. Walaupun ada
sedikit masalah, aku tidak menyalahkannya karena itu sudah risiko. Ya ... kalian
tau: keuangan.
Yang terakhir dan
pamungkas di pagi yang mendung dan tidak seindah yang aku bilang tadi, aku
memcoba membuat prediksi. Prediksi? Prediksi skor sepak bola atau prediksi siapa yang
tercepat di sirkuit MotoGP atau prediksi cuaca hari ini? Bukan. Bukan itu
semua. Prediksi tentang Indeks Prestasi. Aku mengira-ngira berapa hasilnya
melihat berapa nilai UTS-ku, seberapa sering aku masuk dan seberapa sering aku
mengumpulkan tugas.
Dan … Taraa! (bukan,
bukan artis, aku bilang!) Aku dapat angka yang lumayan fantastis. Bukan
bermaksud sombong, tapi sepertinya IP semester ini menurun dari semester
sebelumnya. Sombong?
Aku berharap stagnan
atau meningkat untuk IP semester ini. Itulah harapan dan itulah prediksi. Setelahnya kita
harus bersikap realistis. Ini kehidupan bro! Segala sesuatunya adalah real dan
kita memang harus bersikap realistis sebagai realisasinya.
prediksi /pre·dik·si/ /prédiksi/ n ramalan; prakiraan.
realisasi /re·a·li·sa·si/ /réalisasi/ n 1 proses menjadikan nyata; perwujudan; 2 cak wujud; kenyataan; pelaksanaan yg nyata.
(sumber: KBBI Online)
***
prediksi /pre·dik·si/ /prédiksi/ n ramalan; prakiraan.
realisasi /re·a·li·sa·si/ /réalisasi/ n 1 proses menjadikan nyata; perwujudan; 2 cak wujud; kenyataan; pelaksanaan yg nyata.
(sumber: KBBI Online)
Tangerang, 21 Juni 2013
(ketika waktu luang terbuang percuma)
No comments:
Post a Comment