Monday, June 3, 2013

Need A Doctor?!

Senin pertama di awal Juni yang mendung dan berangin, menulis blog ditemani banyak tugas kuliah yang seperti kuman dalam closet WC yang semakin digunakan semakin berbahaya. Tak banyak yang kulakukan, pagi ini aku awali dengan melanjutkan membaca City of Bones-nya Cassandra Clare. Lalu aku teringat pesan dari sang pacar tentang e-mail mengenai kelanjutan hubungan kami berdua.

Tak banyak yang tahu, dan mungkin tak akan ada yang peduli tentang hal semacam ini, tapi kami tadinya sedang break selama satu minggu untuk merenungi kesalahan (dalam hubungan); apa yang telah kami lakukan untuk segera diperbaiki, yang baru saja tiga hari harus digagalkan dengan rasa kangen yang tak tertahankan.

Kembali ke laptop. E-mail itu aku baca dengan seksama dan berkali-kali. Mungkin ada hal yang terlewatkan yang tidak aku mengerti tentang isi dari pesan itu. Setelah lama membaca, aku menyadari banyak yang tidak bisa aku mengerti, seperti baju yang sengaja dibolongi tapi entah di bagian mana dan membuat baju itu tampak ingin dibuang.

***

Aku sadar aku merasa selalu begini: aku menjalani hubungan dengan mereka yang menangis karenaku. Ya! Mereka! Para wanita! Itu selalu! Mereka berpikir mereka bersalah atas perlakuan mereka terhadapku. Mereka berpikir aku selalu benar dan mereka selalu salah sehingga mereka bingung harus melakukan apa. Mereka berpikir bahwa mereka dihadapkan pada pilihan yang sulit; untuk berlanjut dengan hubungan atau memutuskannya. Tunggu dulu, mereka? Para wanita itu? Berapa banyak wanita yang sudah menjalani hubungan khusus denganku?

Padahal dari semua itu aku merasa tak melakukan apapun; membiarkan mereka bahkan mengancam mereka. Semua itu tak aku lakukan. Tapi kenapa mereka selalu menangis atas nama aku? Apa salahku? Dan itu selalu membuat banyak ruang di otakku untuk dipikirkan. Sangat tidak perlu sebenarnya, mengingat banyak hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan. Tapi kenapa?

Aku mencoba membenarkan sikap dan sifatku yang terkadang sulit untuk dilakukan dengan yang selanjutnya (pacar yang berikutnya, maksudku). Aku terus mencoba memperbaikinya. Betapa bodohnya orang yang selalu mengulang kesalahan yang sama, dan itulah aku. Aku merasa seharusnya aku tidak melakukan perubahan mengingat tidak ada efek sama sekali pada akhirnya.

Oh, ayolah! Beri tahu aku apa yang salah denganku dalam menghadapi para wanita? Aku selalu berharap hubungan yang sehat tanpa tangisan, tanpa air mata, tanpa kesedihan dengan para wanita. Tapi itu selalu terjadi! Apa mungkin aku tidak usah berhubungan dengan siapapun? Tapi itu tidak mungkin. Tolong! I need a doctor!

Tangerang, 3 Juni 2013
(ketika benar-benar bingung memikirkan wanita)

No comments:

Post a Comment