Sesungguhnya kami adalah milik
Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.
Pagi itu, Sabtu, 19 Oktober 2013, tepat seminggu yang lalu, berita itu
menyebar dengan cepat. Banyak yang tidak percaya dengan berita itu. Sebagian
harus bertanya dua kali tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sebagian yang lain
hanya terdiam sesaat setelah mendengarnya. Rumah menjadi begitu ramai, tangis
semakin pecah di antara saudara dan kerabat, diselingi hentakan hati yang masih
tidak percaya akan takdir yang sudah ditetapkan.
Ada apa sebenarnya di pagi itu?
Abi meninggal.
Pagi itu Abi jogging seperti
yang biasa ia lakukan ketika berada di rumah. Dengan membawa sepeda, ia berlari
tanpa menaiki sepedanya. Abi selalu menyapa kepada siapapun yang berpapasan
dengannya. Bahkan pagi itu ia bertemu dengan Tante Linda juga Mbah Anto dan
Mbah Tarmi, saudara dari keluarga Ibu Mertuanya. Entah bagaimana ceritanya
hingga Abi berhenti di depan sebuah klinik. Abi melepaskan sepeda dengan
menyetandarkan sepeda terlebih dahulu. Dan tiba-tiba ia terjatuh….
Setelah beberapa saat, berita pun menyebar di telinga saudara, kerabat,
dan kolega. Tidak ada yang percaya akan berita itu karena setahu mereka Abi
adalah sosok yang kuat dan tidak pernah memiliki penyakit berat. Terutama Ummi.
Ummi sangat tidak percaya, sangat terpukul. Hari itu mungkin hari terburuk bagi
Ummi. Belahan jiwanya yang sudah lebih dari dua puluh tahun bersama
meninggalkannya untuk selamanya. Kalau aku? Jangan tanya!
Dokter yang berada di klinik tempat Abi terjatuh menyatakan bahwa itu
adalah serangan jantung secara tiba-tiba. Serangan jantung ini dapat diderita
oleh siapapun, bahkan orang sehat. Penyakit ini disebabkan oleh kelelahan akut.
Sungguh mengerikan.
Tidak dipungkiri bahwa Abi mungkin memang kelelahan, mengingat ia baru
saja tiba jumat dini hari dari Serang karena adik pertamaku, Lala,
kejang-kejang. Hal itu sangat mendesak karena sudah dua kali terjadi pada Lala.
Jumat pagi Abi membawa adik pertamaku untuk berobat. Tidak cukup istirahat
karena Abi mengurusi Lala.
***
Jadi, sekarang apa? Setelah satu minggu melewati hari-hari dengan
mengetahui bahwa Abi telah tiada. Sungguh berat, apalagi bagiku sebagai anak
pertama. Sebagai pengganti Abi untuk keluarga. aku tidak pernah berpikir bahwa
Abi akan meninggalkanku secepat ini.
Aku bahkan tidak memandikannya, tidak membawa jasadnya menuju tempat
peristirahatannya yang terakhir, tidak menyolatinya langsung di depannya. Aku
juga tidak melihat wajahnya untuk yang terakhir kali karena perjalanan yang
memakan waktu. Aku di Tangerang, Abi di Cilacap. Aku sedih, tentu saja. Aku
merasa bahwa aku tidak berguna, bahkan untuk mengeluarkan kotoran dari duburnya
pun aku tidak bisa. Tapi bagaimana lagi, hari semakin sore dan memang harus
secepatnya untuk menguburkan jasad Abi. Aku mengikhlaskannya, walau sejujurnya
sangat berat.
Terakhir kali aku bertatap muka dengan Abi adalah hari Kamis tanggal 26
September lalu ketika kami semua mengantarkan pakde dan bude berangkat haji.
Waktu itu kami makan siang bersama di rumah makan padang. Abi terlihat begitu
senang dan menyenangkan, tawa selalu ada dalam mobil yang kita gunakan untuk
mengantar rombongan haji. Bahkan aku bertemu dengan Abi dua minggu sebelum Abi
meninggal. But, who knows? Only God
knows.
Tidak ada firasat, tidak ada tanda-tanda, semua berjalan sesuai rencana
Allah, sesuai kehendak-Nya. Terlalu banyak kenangan yang terpatri dalam hati
dengan sosok Abi. Sosok yang selalu memberikan kekuatan dan ketegasan dalam
setiap perkataan dan perbuatannya. Sosok teladan bagi seluruh keluarga. Sosok
yang selalu memberi kehangatan dan keceriaan. Sosok yang akan selalu dikenang
karena kebaikannya, Insha Allah….
Satu minggu adalah waktu yang terlalu singkat untuk langsung
menghilangkan kesedihan. Tetapi, hidup harus terus berjalan dan aku harus menerima
apa yang dikehendaki oleh Allah. Aku harus terus berjuang demi keluarga. Cepat
atau lambat kita akan merasakan kehilangan, merasakan kematian, merasakan
hilang dari kehidupan di dunia.
Aku berdoa semoga arwah Abi diterima di sisi Allah, diampuni segala
dosa-dosanya, dan mendapatkan tempat yang baik oleh Allah. Semoga aku dapat
meneruskan perjuangan Abi. Semoga Ummi dapat tegar menghadapi hidup. Semoga
adik-adikku mendapatkan apa yang seharusnya mereka dapatkan. Insha Allah….
Sesungguhnya kami adalah milik
Allah dan kepada-Nyalah kami kembali.
Tangerang, 26 Oktober 2013
(ketika doa menyatukan hidup dan mati)
No comments:
Post a Comment