Wednesday, March 13, 2013

Dosa?!

Aku  memikirkan hal terindah yang pernah kupunya, itu kamu.

Aku  memikirkan hal terindah yang pernah kualami, bersamamu.

Aku  memikirkan hal terindah yang selalu kuimpikan, hidup bersamamu.

Aku  ingat baru kemarin kita sepakati tanggal jadian kita yang sungguh menggelikan mengingat kita sudah sejauh ini.

Aku ingat ketika aku ragu untuk datang ke rumah dan mengajakmu pergi keluar sebentar. Ragu karena aku belum siap menerima tolakan yang pasti akan orang tuamu lakukan. Aku tahu itu akan terjadi dan aku tahu kau anak terkecil, wanita yang paling dijaga kehormatannya oleh keluarga. Aku tak menyalahkan itu, aku pun akan melakukan hal yang sama.

Aku ingat kau memberiku surprise ulang tahun dengan kotak kado yang datang sebelum hari ulang tahunku. Aku bersabar untuk tidak membukanya hingga waktu yang kau tentukan, aku menurut. Hingga saatnya tiba, aku lebih menghargai surat yang kau tulis daripada kado yang lebih kekanak-kanakan, yang selalu kubaca ketika rasa ragu akan mencintaimu datang, setelahnya rasa ragu itu lenyap.

Banyak kenangan tentangmu yang pasti terpatri dalam hati, seperti relief Candi Borobudur yang tak akan hilang oleh waktu dan cuaca. Itulah diriku, MENCINTAIMU seperti biasa, malahan makin bertambah. Ini dari hati. Seharusnya tak perlu diungkapkan seperti ini. Kayak cewek aja! K!

Segalanya menjadi tak nyata karena kau memutuskan menyudahinya, segala yang kita sepakati untuk bersama, selalu, saling menghargai, saling menyayangi, saling memberi dukungan, dan saling berkomitmen.

Cinta itu PERASAAN yang tak perlu untuk melakukannya.

Logika adalah PEMIKIRAN atas tanggapan cepat dari otak.

Tapi, sekarang apa? Kau datang bagai siput yang lambat namun pasti dan membawa ranjau yang kau simpan baik-baik di cangkangmu. Kau meninggalkannya di hadapanku. Bila ranjau meledak mengenaiku, kau sendiri pun akan terkena ledaknya karena larimu tak cepat. Oh, tidak mungkin itu terjadi! Aku tidak percaya!

Kau merasa tak lagi mengenalku. Kau beranggapan kau tidak diperhatikan dan tak lagi dicintai olehku? Oh, buruk sekali! Buruk sekali diri ini di matamu! Andai kau tahu, itu semua salah! Atau mungkin benar, karena semua yang kulaku kan kuanggap benar! Kau tahu, sangat sulit bicara sudut pandang.

Betapa malunya aku karena menyebabkan orang yang kucinta menangis, di depan sahabatnya, teman-temannya, bahkan orang tuanya!

Andai aku di depanmu, akan kuusap semua air yang menetes deras di pipimu.

Andai aku di dekatmu, akan kubuat kau tersenyum dengan segala kekonyolan yang kupunya, bahkan wajahku pun terlalu konyol untuk itu.

Andai aku di sisimu, akan kupeluk erat tubuhmu agar kau tak menggigil karena dinginnya air matamu.

Yang pasti, kini kau telah memutuskan untuk menyudahi semua ini. Bukannya aku tak berusaha akan kita, tapi aku hanya takut membuat air matamu keluar lagi dan lagi dan terus akan menyakitimu tanpa kutahu sesakit apa dirimu karena kau tak membicarakannya. Aku bingung! Aku tak bisa menghentikan hubungan ini tapi aku harus. Aku hanya ingin kau bahagia. Aku hanya ingin kau merasa lebih baik.

Keputusanku sekarang, aku akan meminta kesempatanmu untuk memperbaiki hubungan kita. Tapi kalau aku menyakitimu (lagi? Oh, mudah-mudahan tidak!), aku akan serahkan semua keputusan padamu. Aku harus terima! Ini janjiku!

Tangerang, 2 Februari 2013
from The Deepest of My Heart
(setelah membaca pesan facebookmu aku langsung menulis ini)